Sengketa tanah Galuh
Kusyotolawatan dari kite nagari dibajak di selat sunda. Putra
mahkota diculik selagi berburu di hutan. Bertepatan pula
dengan datangnya raja Sriwijaya Sang Dapunta Hyang Sri
Jayanasa menawarkan kerja sama kesetaraan antar
Kerajaan Sriwijaya dan Sunda Sembawa. Ditambah lagi
tragedi pembunuhan resi Sidawirah utusan dari Kalingga
yang akan menjadi saksi kerja sama antar negara tersebut.
Kabar dan konspirasi merebak sang pembunuh diduga
adalah Taruma Udaka sebab dalam genggaman korban
terdapat kotak hitam milik Taruma yang diberikan Niluh
Arundaya ketika mereka masih kecil.
Taruma Udaka yang diutus prabu Tarusbawa untuk
membebaskan para bangsawan Sunda yang ditawan bajak
laut Naga Merah menjadi target perburuan dua kerajaan
tersebut. Pemuda gagah ini harus menanggung tuduhan
yang tidak pernah ia lakukan.
Abilawa dan Kinanti yang diutus secara rahasia oleh prabu
Tarusbawa untuk menyelidiki keberadaan putra mahkota
yang diculik tersesat jauh sampai ke pegunungan Kerinci
dan harus menghadapi komunitas Cindaku di puncak
gunung tersebut.
Sementara itu rahardian Sanjaya putra mahkota
Galuh yang tersingkir akibat takhta ayahhandanya sang
prabu Sanna dikudeta ranghyang Purbasora atau prabu
Sora meminta bantuan pada prabu Tarusbawa dan sesepuh
Galuh rajaresi Wanayasa di padepokan telaga Denuh.
Prabu Tarusbawa menyarankan rahardian Sanjaya
meminjam sebuah kitab pusaka bernama pustaka ratuning
balasarewu warisan kerajaan Kendan yang kini dimiliki
rabuyut Sawal di puncak gunung Sawal.